Tuesday, March 27, 2007

POLA PEMBERIAN MAKAN YANG SEHAT

Makanan pertama yang diperkenalkan pada bayi akan mempengaruhi pola makan si kecil. Tata cara bertahap amat dianjurkan untuk memperkenalkan buah hati Anda mengenal makanan yang akan berfungsi sebagai penambah nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang mereka.

Pada masa awal, organ pencernaan bayi belum siap untuk menerima bahan makanan yang diberikan, disarankan untuk memberikan makanan mulai dari makanan cair, semipadat, baru makanan padat. Selain alasan tersebut, pengenalan makanan yang bertahap ini juga bertujuan untuk memperkenalkan berbagai macam tekstur makanan yang bakal ditemui sang bayi.

Pemberian buah dan makanan berserat juga dianjurkan. Namun, para ibu juga harus memperhatikan penyajian makanan berserat ini. Penyajian harus tetap dalam bentuk cair dan halus. Anda dapat menggunakan food processor atau blender untuk mendapatkannya.

Berikut ini beberapa cara untuk mengenalkan makanan pada bayi kepada pola makanan yang sehat.

1. ASI eksklusif enam bulan, terus diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih. MPASI setelah usia enam bulan.

2. Gunakan alat makan yang sesuai usia.

3. MPASI jangan diberikan garam dan gula. Untuk bayi usia lebih dari satu tahun, berikan makanan rendah gula, rendah garam, tapi kaya kalsium dan zat besi.

4. Berikan menu yang bervariasi, sehat dan seimbang.

5. Anak di atas usia 1 tahun harus banyak minum air putih (bukan minuman bersoda atau jus buah instant). Melewati usia satu tahun, susu bukan lagi makanan utama sehingga anak juga perlu menambah pasukan kalsium dari sumber makanan lain.

6. Makanan rendah lemak tidak tepat untuk di bawah usia 2 tahun.

7. Pastikan semua peralatan makanan dalam keadaan bersih dan steril. Begitu pula perkakas dapur yang digunakan untuk membuat sendiri MPASI. Pastikan juga semua bahan mentah seperti daging, sayuran, dan buah dicuci dengan bersih.

8. Buat Grafik pertumbuhan anak dan pantau perkembangannya untuk mengetahui pasukan nutrisinya mencukupi atau tidak.

MEMBUAT MPASI(MAKANAN PENDAMPING ASI) SENDIRI

Dengan alasan praktis para ibu memilih produk bubur susu kemasan yang dijual di pasaran. Kandungan gizi dan nutrisi lengkap yang tercantum di kemasan membuat para ibu pun semakin mantap memilihnya. Praktis dan memenuhi standar gizi.

Namun, bila harga produk ini kian melambung, semakin ibu menjadi tak mampu membelinya. Jangan sampai bubur kemasan itu diencerkan. Bagaimana caranya?

Hal terpenting adalah bagaimana memberikan makanan lumat pada bayi. Lebih baik mengajarkan ibu bagaimana membuat sendiri bubur susu dari bahan kacang hijau daripada memaksakan diri membeli bubur susu instant rasa kacang hijau.

Konkretnya, membuat makanan untuk bayi adalah dengan menggunakan bahan lokal yang sehat dengan harga terjangkau. Misal, membuat kudapan atau camilan sehat dari labu siam kukus, timun dan jagung. Atau bisa juga membuat orak-arik telur dicampur tomat dan jeruk nipis. Penambahan sayuran hijau dalam makanan bisa lebih memudahkan proses penyerapan zat besi oleh tubuh.

Dunia kuliner itu tanpa batas, bubur susu bisa diterjemahkan banyak sekali. Misalkan membuat labu kuning kukus yang dihancurkan dan diberi ASI. Atau membuat jambu merah milkshake dicampur es krim.

Selain menu yang variatif, tak kalah penting adalah segi keamanan, yang meliputi konsistensi, tekstur dan ukuran. Saat permulaan, berikan makanan semi cair, kemudian bertahap semakin mengental sehingga dapat disendok dengan mudah.

Mula-mula sangat lembut (di-puree, dihancurkan, digiling kemudian disaring), lalu bertahap semakin kasar. Penelitian menemukan adanya “critical window” untuk memperkenalkan makanan padat yang agak kasar (lumpy), yaitu pada usia 10 bulan. Pengenalan makanan kasar pada usia lebih dari 10 bulan bisa meningkatkan resiko kesulitan makan.

Dari segi tekstur, buatlah makanan lembut dan meningkat menjadi semi kasar, kasar, hingga ke table food (untuk usia satu tahun keatas). Makanan pertama untuk bayi adalah dari kelompok serealia seperti beras-berasan. Kemudian secara berangsur perkenalkan tepung jagung. Pada 4-6 minggu kemudian tepung gandum atau roti, kentang, ubi dan jagung.

Setelah bayi dapat mengkonsumsi pasukan berbahan tepung beras secara baik, ibu bisa memberikan daging cincang kukus. Tahap berikutnya dapat dimulai pemberian sayuran dan buah yang dihaluskan. Sampai usia 7 bulan, sebaiknya buah dikukus terlebih dahulu kecuali alpukat.

Pada usia 8-9 bulan, mulai berikan finger food, yaitu makanan yang bisa digenggam bayi, seperti potongan buah, potongan kukusan sayur, roti, keju, dan cookies buatan sendiri. Hati-hati memilihkan finger food, perhatikan ukuran dan teksturnya, jangan sampai membuat bayi tersedak.

Menginjak usia sembilan bulan, bayi bisa mulai diberikan makanan yang agak kasar dan tanpa garam serta gula. Kemudian, setelah berusia satu tahin, bayi sudah bisa makan makanan yang dihidangkan di meja makan keluarga, tapi tetap pilihkan yang rendah garam, tinggi serat dan rendah gula.

Bayi biasanya tidak begitu peduli soal rasa. Dalam makanan sudah terkandung garam. Daging direbus saja sudah cukup asin, tidak perlu ditambah garam. Kalau masih ditambah garam lagi akibatnya berlebihan dan anak jadi suka makanan asin. Selain itu bisa menimbulkan hipertensi.

MPASI untuk permulaan sebaiknya tidak terlalu banyak mengandung protein hewani supaya tidak memacu alergi. Daging sapi bisa dijadikan pilihan karena sifatnya yang tidak terlalu menimbulkan efek alergi.

Kalau permulaan jangan diberi ayam atau telur. Hati-hati juga dengan tahu tempe karena terlalu sering anak bisa kembung. Makanan yang manis juga jangan sering diberikan karena bisa membuat cepat kenyang. Jadi berikan yang tawar saja.

ADIK BAYI MAMAM YUUK

Setelah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, kini saatnya bayi Anda diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Bagaimana pemberian yang tepat?

Pengenalan makanan padat pada bayi merupakan fase penting yang akan menunjang tumbuh kembang buah hati Anda kelak. Banyak anggapan keliru seputar pemberian makan untuk anak.

Tidak sedikit orangtua memahami upaya ini hanya untuk menaikkan berat badan anak. Padahal, lebih penting dari itu, pemberian makan bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi anak sebagai bentuk kasih sayang dan upaya stimulasi.

Spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli Dr. Purnamawati S. Pujiarto SpA(K) MMPed mengatakan, pemberian makan merupakan bagian dari proses belajar. Sebab, kemampuan makan merupakan sebagian dari tahapan perkembangan anak.

Di situ anak bisa belajar mengulum, mengunyah, mengenal rasa, aroma, dan sisi estetika makanannya. Dia juga belajar bereksplorasi dengan memegang dan memasukkan makanan ke mulutnya.

Pola pemberian makan yang sehat hendaknya mengacu pada konsep responsive feeding, artinya memperhatikan bagaimana cara pemberian yang benar, kapan, di mana dan siapa yang memberikannya.

Jangan memberikan makan atau minum di tempat tidur. Minum dari botol sambil berbaring bisa meningkatkan resiko infeksi telinga tengah. Sedangkan jus buah, susu dan minuman bergula bisa menyebabkan karies gigi.

MPASI biasanya diberikan pada bayi usia 6-24 bulan. Periode tersebut merupakan masa transisi sebelum bayi dapat mengkonsumsi makanan yang sama dengan makanan anggota keluarga lainnya.

MPASI diberikan karena bayi tumbuh semakin besar sehingga ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan mereka lagi. Nutrien yang perlu dicukupi dengan makanan tembahan, termasuk di antaranya kalori, zink, zat besi dan vitamin A.

Badan kesehatan dunia WHO, melalui Departemen of Nutrition for Health and Development memberikan petunjuk empat persyaratan pemberian MPASI, yang meliputi timely( diberikan pada saat yang tepat), adekuat (cukup kalori, protein dan mikronutrien, zat besi, zink dan vitamin A), berih dan aman bagi bayi, serta suasana asuhan psikososial yang menyenangkan.

Proses makan itu merupakan aktivitas psikososial, jadi harus entertaining. Caranya antara lain dengan memberikan makanan yang variatif dan mengenalkan makanan dari kelompok yang sama, misalkan buah dengan buah, atau sayuran dengan kelompok sayuran juga.

Hal senada dikemukakan Associate dari Jgadnita Consulting Sri Ratna Sulistiantini, Psi. Menurut dia, untuk bati yang baru mengenal makanan, suasana saat makan hendaknya dibuat menyenangkan. Ini bisa dilakukan sambil berinteraksi dengan memberikan cerita-cerita menarik atau memperdengarkan musik klasik.

Selain itu, aspek psikososial yang menyenangkan tersebut juga bisa dibangun dengan membiasakan bayi ikut makan di meja makan atau meja makan khusus untuk bayi. Di Indonesia, sangat jarang keluarga yang mengikutsertakan bayinya dalam acara makan bersama di meja makan.

Untuk bayi usia sembilan bulan ke atas bisa mulai diberikan sendok, nasi dan piring sendiri. Tujuannya antara lain untuk melatih koordinasi tangan dan geraknya.